BAUSUNG - MENGUSUNG BUDAYA BANJAR


Setibanya mempelai pria tiba di rumah mempelai wanita, kedua pasang pengantin kemudian dipersilahkan keluar, menuju halaman/lapangan dimana disana sudah disediakan kursi untuk ditempati, kembali bersanding bak Seorang Raja dengan Ratu. Suara serunai, gendang dan gongpun beriringan mengikuti, berjalan membentuk nada dan lagu yang khas ditelinga masyarakat Banjar. Sekelompok orang berseragam hitampun asyik menunjukan jurusnya; gesit, lincah dan indah dalam gerakan, orang Banjar biasanya menyebut pertunjukan ini dengan ba-Kuntau. Ba adalah sebuah awalan dalam Bahasa Banjar, yang menunjukan kata kerja, dalam bahasa Indonesia seperti awalah ber. Sedangkan Kuntau adalah nama lain dari cabang bela diri pencak silat. Masyarakat dan juga Sang Raja dan Ratupun merasa sangat terhibur dengan pertunjukan ini. Wabil khusus bagi Sang Raja yang baru pertama kali menyaksikan pertunjukan ini.

Selesai pertunjukan kuntau, terlihat dua orang menghampiri pasangan Raja dan Ratu dan memberi salam penghormatan kepada Raja dan Ratunya. Raja dan Ratupun dipersilahkan naik ke atas pundak 2 orang tersebut. Agak bingung dan canggung bagi sang raja untuk naik ke pundak orang, maklum Sang Raja baru hari itu ia beri mahkota raja dan naik di atas pundak orang lain.

Walaupun begitu, Sang Raja dan Ratupun naik ke atas pundak, siap untuk diusung (digendong). Sebelumnya, sang Raja dan Ratu telah diberi nasihat oleh Tokoh Kampung (eh.. sesepuh kerajaan maksudnya) untuk berdoa dan terus membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW, ketika berada di atas pundak pelayanan kerajaan; Sang Pengendong.

Sang Pengendong Raja dan Ratupun berjalan sambil mengendong Raja dan Ratunya. Mereka berjalan sambil menari, mengikuti alunan nada dan musik suara serunai, gendang dan gong. Bagi rakyatnya, ini mungkin hiburan yang luar biasa yang disuguhkan Raja dan Ratunya. Mereka asyik menonton dan kadang tertawa melihat raja dan ratunya, bahkan ada yang mengabadikan momen tersebut dengan HP dan kameranya. Maklum pada saat itu, rajanya sangat arif dan bijaksana dalam memerintah sehingga rakyatnya makmur sejahtera, terlihat masyarakatnya sudah banyak yang memiliki HP dan Kamera (hehe…).

Tapi bagimana perasaan sang Raja…
Gemetar, takut jatuh itulah yang terjadi. Bahkan kaki sang Raja sempat kram (kejang otot kaki). Tapi dengan gagahnya sang raja tetap menghibur rakyatnya dengan gagahnya, berkacak pinggang di atas pundak Sang Pengendong tanpa menghiraukan rasa sakit kram yang mulai menyerang kakinya. Dan tentunya sang raja tidak mau menampakan gemetar dan ketakutannya kepada Sang Ratu, melihat Sang Ratu yang begitu tenang berada di atas pundak Sang Pengendong. Apalagi posisi Sang Ratu yang kelihatannya lebih sulit dibandingkan dengan posisi sang raja.

Posisi Sang Raja, ketika digendong berada di atas pundak kiri dan kanan Sang Pengendong, mengapet kepala Sang Pengendong. Sedangkan posisi Sang Ratu hanya berada di satu sisi pundak pengendong walau diberi alat bantu kain untuk pijakan kaki Sang Ratu.

Yah……
Itulah pengalaman pertama ketika DITAHTAI menjadi SEORANG RAJA….
Ketika pertama kali mendengar, menyaksikan dan menjadi aktor utama dalam Bausung Pengantin atau Pangantin Bausung. (Handuwa, 21/03/2010)

BAUSUNG PENGANTIN atau PANGANTIN BAUSUNG. adalah salah satu tradisi pernikahan yang ada di Kalimantan Selatan, khususnya di Kabupaten Hulu Sungai. Dewasa ini, tradisi ini tidak hanya dilaksanakan di daerah Hulu Sungai, tetapi juga sudah membudaya di seluruh lapisan masyarakat di Kalimantan Selatan.

Pada masa dahulu tradisi ini hanya dilakukan oleh kalangan bangsawan/keturunan raja saja, mengingat besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk upacara ini. Sehingga apabila dalam suatu keluarga mampu melaksanakan ba-usung pangantin berarti keluarga tersebut dianggap sebagai orang berada. Namun sekarang, upacara ini, dapat dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, khususnya bagi mereka yang masih mencintai budaya Banjar.

Bausung diambil dari kata usung artinya gendong. Sedangkan Pangantin (bahasa Banjar, Kalimantan Selatan), atau pengantin yaitu pasangan mempelai pria dan wanita yang sedang melangsungkan perkawinan. Sepasang mempelai sebelum disanding di pelaminan terlebih dahulu diusung oleh dua orang penari. Diiringi gamelan/gong dan suara serunai, dua orang penari sambil menggendong kedua mempelai menari mengikuti irama musik ditengah pandangan para undangan yang menyaksikan acara tersebut. Di beberapa tempat, upacara bausung ini ada juga yang memadukannya dengan tari kuda gepang atau dengan kesenian hadrah.

Bausung adalah sebuah Khasanah Budaya Banjar yang harus terus dilestarikan agar anak cucu kita di kemudian hari nanti dapat mengenal budayanya sendiri.




Comments

Popular posts from this blog

EXCEL UNTUK LEGER DAN RAPORT

CONTOH SK PENGURUS MASJID

SKP DAN LAPORAN KINERJA BULANAN DALAM SATU APLIKASI : @NIK ASN